Selasa, 06 Mei 2014

Perkembangan Psikologi Remaja

Perkembangan Psikologi Remaja

Perkembangan Psikologi Remaja
 Pada umumnya remaja didefinisikan sebagai masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Setiap tahap perkembangan manusia biasanya dibarengi dengan berbagai tuntutan psikologis yang harus dipenuhi, demikian pula pada masa remaja. Sebagian besar pakar psikologi setuju, bahwa jika berbagai tuntutan psikologis yang muncul pada tahap perkembangan manusia tidak berhasil dipenuhi, maka akan muncul dampak yang secara signifikan dapat menghambat kematangan psikologisnya di tahap-tahap yang lebih lanjut. Berikut ini merupakan berbagai tuntutan psikologis yang muncul di tahap remaja, berdasarkan pengalaman penulis selama menjadi pendidik.
 Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif
Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu. Misalnya si Dewi merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka Dewi akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Dewi yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Dewi akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan Dewi tidak memiliki teman, dan sebagainya.
Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orang tua
Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku “pemberontakan” dan melawan keinginan orang tua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah , maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orang tua tidak menyadari akan pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja Anda dalam kesulitan besar. Hal yang sama juga dilakukan remaja terhadap orang-orang ‘yang dianggap sebagai pengganti orang tua’, guru misalnya.
Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin
Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini. Ada sebagaian besar remaja yang tetap tidak berani bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam perkembangan remaja tersebut.
 Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri
Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau bahkan sampai tua sekalipun).
 Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah “aku” ?, sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan gejolak dorongan dalam dirinya. Maka penting bagi orang tua dan orang-orang ‘yang dianggap sebagai pengganti orang tua’ untuk mampu menjadikan diri mereka sendiri sebagai idola bagi para remaja tersebut.
Selain berbagai tuntutan psikologis perkembangan diri, kita juga harus mengenal ciri-ciri khusus pada remaja, antara lain:
  • Pertumbuhan Fisik yang sangat Cepat
  • Emosinya tidak stabil
  • Perkembangan Seksual sangat menonjol
  • Cara berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat)
  • Terikat erat dengan kelompoknya
Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan.
Pada umumnya masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:
1. Periode Masa Puber usia 12-18 tahun
a. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya:
  • Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
  • Anak mulai bersikap kritis
b. Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:
  • Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
  • Memperhatikan penampilan
  • Sikapnya tidak menentu/plin-plan
  • Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Cirinya:
  • Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya
  • Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria
2. Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun
Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
  • perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
  • mulai menyadari akan realitas
  • sikapnya mulai jelas tentang hidup
  • mulai nampak bakat dan minatnya
Dengan mengetahui berbagai tuntutan psikologis perkembangan remaja dan ciri-ciri usia remaja, diharapkan para orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal-hal yang harus dilalui pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui masa remaja ini dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja akan tumbuh sehat kepribadian dan jiwanya.
Permasalahan yang sering muncul sering kali disebabkan ketidaktahuan para orang tua dan pendidik tentang baerbagai tuntutan psikologis ini, sehingga perilaku mereka seringkali tidak mampu mengarahkan remaja menuju kepenuhan perkembangan mereka. Bahkan tidak jarang orang tua dan pendidik mengambil sikap yang kontra produktif dari yang seharusnya diharapkan, sehingga semakin mengacaukan perkembangan diri para remaja tersebut. Sebuah PR yang panjang bagi orang tua dan pendidik, yang menuntut mereka untuk selalu mengevaluasi sikap yang diambil dalam pendidikan remaja yang dipercayakan kepada mereka. Dengan demikian, diharapkan para orang tua dan pendidik dapat memberikan rangsangan dan motivasi yang tepat untuk mendorong remaja menuju pada kepenuhan dirinya.

http://blogmhs.uki.ac.id/luciana/dev-psy/perkembangan-psikologi-remaja/

Kebutuhan Psikologis Remaja

Kebutuhan Psikologis Remaja

Sudah menjadi sunnatullah bahwa dalam menjalani sebuah kehidupan , manusia harus melewati beberapa massa dimulai dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa hingga ke masa yang sering mereka keluhkan yaitu masa tua. Dan diantara masa-masa tersebut ada suatu masa yang konon, orang-orang menyebutnya sebagai masa yang paling indah yaitu masa yang akrab kita sebut dengan masa remaja.
Menurut ilmu psikologis remaja adalah suatu masa dimana manusia mulai mengenal dan menyukai lawan jenis, musik, tempat-tempat romantis dan lain sebagainya. Sehingga tidaklah mengherankan lagi jika mereka mendapatkan kebahagiaan dan kenang-kenangan yang tak terlupakan pada masa itu. Akan tetapi untuk mewujudkan hal-hal tersebut mereka harus bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan seorang remaja, kebutuhan yang mana sudah menjadi syarat untuk memperoleh kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup mereka. Seperti yang telah kita ketahui bahwa orang yang menjalani sebvuah kehidupan senantiasa memiliki kebutuhan, terlepas dari jenis kebutuhannya, entah kebutuhan sandang, pangan atau papan.
Mereka harus memenuhinya dengan jalan ikhtiar tapi untuk para remaja ikhtiar mereka bukanlah pada materi melainkan pada peraihan prestasi dan gengsi. Mereka kerahkan daya dan upaya yang mereka miliki dengan demikian mereka dapat meraih kesuksesan yang mereka damba dan impi-impikan, tapi apakah sebenarnya apa kebutuhan yang harus mereka penuhi ? dan apa pengaruh kebutuhan tersebut dngan pendidikan mereka???

Tentu, bagi seorang remaja pendidikanlah kebutuhan yang paling penting bagi mereka, karena kesuksesan dan kegagalan mereka di msad epan ditentukan oleh pendidikan mereka di masa remaja, hal itu memang sudah menjadi hukum alam di dunia ini, seperti apa yang dikatakan oleh pepatah arab, “ barang siapa bersungguh maka ia akan mendapat”.

Maka sudah menjadi keharusan bagi seorang remaja untuk memperoleh pendidikan yang layak dan memadai. Di samping itu sorang remaja juga harus memenuhi kebutuhan lain yang sangat berpengaruh bagi pendidikan mereka yaitu kebutuhan fisik material dan kebutuhan psikologis. Untuk kebutuhan fisik material pasti semua orang sudah mengetahuinya yaitu kebutuhan yang berupa makanan, minuman, dan pakaian tetapi untuk kebutuhan psikologi mungkin hanya sedikit orang yang mengetahuinya dan disini kami akan mengulas tentang kebutuhan tersebut.
Pada umumnya kebutuhan psikologis ini berhubungan dengan fungsi pengenalan, ingatan, daya khayal dan berfikir yang tentunya berbeda antara satu individu dengan lainnya baik secara kualitas maupun kuantitas karena hal ini didasari kebutuhan diri masing- masing. Taraf dan kualitas pemuasan kebutuhan psikologis akan menentukan suasana aman bagi mereka dan rasa aman itulah kebutuhan psikologis yang paling pokok dan penting bahkan jika kebutuhan itu tidak terpenuhi mereka akan memberontak untuk mengdapatkannya.
Jadi sebuah keharusan bagi seorang remaja untuk memenuhi kebutuhan psikologis tersebut mengingat bahwa kebutuhan tersebut sangat besar bagi remaja. Dan disini akan dijelaskan mngenai 7 kebutuhan psikologis yang seyogyanya diperoleh dan dimiliki seorang remaja.
Pertama, kebutuhan kasih sayang semua orang pasti membutuhkan yang namanya kasih sayang, khususnya bagi para remaja, baik itu kasih sayang dari keluarga atau orang lain, karena dengan kasih sayang tersebut mereka akan lebih percaya diri dan semangat dalam belajar ataupun bersosialisasi dengan masyarakat sehingga lebih mudah bagi mereka untuk mendapatkan sebuah kesuksesan dan kebahagiaan.
Kedua kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima dalam suatu kelompok, sesuai dengan perkembangan remaja, mereka akan mempunyai keinginan untuk berkumpul dan keinginan tersebut akan mereka realisasikan dengan dengan cara mengikutsertakan diri mereka ke dalam suatu kelompok atau organisasi yang akan memberikan motivasi, pengalaman atau sekedar sambutan hangat kepada mereka.
Ketiga, kebutuhan untuk berdiri sendiri, dalam proses menuju kedewasaan seorang remaja pasti mempunyai keinginan untuk melakukan segala sesuatunya sendiri, tanpa campur tangan sedikitpun dri orang tua. Mereka menganggap bahwa diri mereka sudah dewasa tetapi itulah yang memang dibutuhkan seorang remaja, dengan hal itu mereka akan mencoba untuk merencanakan masa depan mereka sehingga presentase kesuksesan mereka menjadi lebih besar.
Keempat, kebutuhan untuk dihargai. Semua orang pasti menginginkan yang namanya penghargaan, lebih-lebih bagi seorang remaja, mereka menganggap bahwa penghargaan itu kebutuhan pokok bagi mereka baik dari segi pribadi maupun prestasi. Itu disebabkan karena penghargaan adalah faktor pendorong bagi mereka utnuk cenderung berbuat baik dan lebih bersemangat dalam menjalani sebuah kehidupan.
Kelima, kebutuhan untuk berprestasi. Sebagaimana kebanyakan remaja, mereka senantiasa ingin dapat meraih suatu prestasi, baik dalam segi akademis maupun non akademis, karena dengan adanya prestasi hidup mereka akan menjadi lebih bermakna dan berharga.
Keenam, kebutuhan akan pengakuan dari orang lain sudah menjadi sifat seorang remaja bahwa mereka senantiasa ingin diakui eksistensinya oleh orang tua, guru, atau kelompok mereka karena dengan tidka adanya hal itu mereka akan merasa rendah diri dan selalu pesimis dalam memandang hidup.
Ketujuh, kebutuhan memperoleh falsafah hidup yang utuh. Remaja adalah usia yang rawan akan pengaruh dari teknologi maupun orang lain sehingga utnuk mengatasinya mereka membutuhkan sebuah falsafah atau pedoman hidup. Pedoman hidup tersebut dapat berbentuk kajian agama, aturan nilai ataupun norma, kaidah atau peraturan hukum yang akan menjadi filter atau penyaring dalam perbuatan mereka sehari-haris ehingga mereka lebih cenderung untuk melakukan perbuatan yang lebih bermanfaat.

Itulah ketujuh kebutuhan yang sangatlah penting eksistensinya dalam Life of Teenagers, jadi sudah menjadi harga mati yang takkan bisa ditawar bagi mereka yang mengaku remaja untuk bisa menyempurnakan langkahnya dengan usaha terbaik agar dapat merengkuh masa depan yang cerah di kemudian harinya.

 http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/06/09/kebutuhan-psikologis-remaja-567154.html

MEMAHAMI DINAMIKA PSIKOLOGI REMAJA

MEMAHAMI DINAMIKA PSIKOLOGI REMAJA


   Kenakalan remaja yang terjadi pada akhir penghujung abad 20 sekarang ini tidak lagi dikatkan nakal sekedar “nakal” sebagaimana lazimnya nakalnya anak muda  era tahun 70 – 80 an yang semestinya hanya mengundang senyuman atau geleng-geleng kepala. Secara kualitatif kenakalan remaja  jaman sekarang sudah bergeser dari “sekedar nakal menjadi tindakan yang menjurus atau bahkan sudah digolongkan sebagai tindakan kriminal. Tentu saja kenakalan yang demikian tersebut tidak lagi mungundang senyum atau sekedar geleng-geleng kepala, tapi membuat orang jadi jengkel dan marah ! Kenakalan remaja telah bergeser kepada bentuk-bentuk kriminal remaja yang sangat merisaukan dan mengancam taraf keselamatan dan ketentraman hidup masyarakat.

Kalau dahulu kenakalan remaja (misalnya perkelahian) hanya _ dimaksudkan untuk sekedar mendapatkan pengakuan atas “kejagoaannya” dan berkelahi dengan tangan kosong, maka sekarang ini telah mulai menggunakan senjata tajam, potongan besi, parang, clurit, panah bahkan senjata api , yang kesemuanya itu bukan untuk sekedar melukai, tapi untuk membunuh  dan melenyapkan ‘musuh-musuhnya’ Kengerian masyarakat terhadap menggilanya kenakalan/kriminal remaja dapat kita tengok melalu kasus-kasus yang baru saja terjadi di kota pelajar “yogyakarta” dimana seorang pelajar SMU tewas sia-sia ditangan siswa SMK lain dengan senjata pembunuh berupa panah, selain juga kasus-kasus  lain yang tejadi di kota besar (Semarang, Jakarta, Surabaya) . Misalnya bagaimna sekelompok remaja di Jakarta beberapa bulan lalu ‘merampok  Bus Kota dan merampas harta benda milik penumpangnya. Bahkan bukan skedar itu, bila penumpang menolak menyerahkan hartanya, mereka tidak-segan-segan melukai secara sadis dan tak berperikemnausiaan, dan itu dilakukan oleh remaja yang kebetulan berstatus sebagai pelajar.!  Untuk itu guna memahami dinamika kehidupan psikologis seorang remaja tulisan/uraian berikut di bawah ini dapat dijadikan bacaan awal untuk memahami perilaku dan kehidupan psikologis remaja.
  Membicarakan remaja memang selalu menarik. Mengapa? karena dinamika/ritme kehidupan individu di usia remaja memang sangat variatif, cenderung unstabil, bergejolak, dan penuh tantangan. Dengan kondisi seperti ini, bagaimana cara orangtua/pendidik bisa mengadakan pendekatan pada remaja, memang perlu pengenalan yang lebih mendalam tentang mereka. Artinya, orangtua/pendidik perlu berusaha untuk memahami tentang siapa dan bagaimana remaja itu.
            Agar orangtua/pendidik mampu mengadakan pendekatan se-cara efektif pada remaja dibutuhkan pemahaman tentang bagaimana proses perkembangan remaja, serta bagaimana orangtua/ pendidik harus mensikapinya. Untuk itu terlebih dahulu orangtua/pendidik perlu mengetahui prinsip-prinsip perkembangan. Gambaran mengenai pola perkembangan yang tepat merupakan dasar untuk mampu memahami remaja, sehingga proses pendidikan yang akan diberikan dapat mengenai sasaran secara efektif.
            Menurut para ahli psikologi perkembangan bila orangtua memahami tentang prinsip-prinsip perkembangan, maka diharapkan mereka akan: 1) mengetahui apa yang diharapkan dari remaja, dalam arti pada usia berapa kira-kira akan muncul berbagai perilaku khas, dan kapan pola-pola perilaku tersebut akan digantikan oleh pola perilaku yang lebih matang. 2) da-pat membantu proses penyesuaian diri remaja secara tepat, dan 3) mengetahui pola normal perkembangan, sehingga memungkinkan orangtua membantu remaja untuk mempersiapkan diri ketika proses perkembangan tersebut akan dialami.
B. PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN
            Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa untuk memahami tentang bagaimana proses perkembangan individu di usia remaja berlangsung, perlu diketahui terlebih dahulu tentang prinsip-prinsip perkembangan. Mengapa demikian? Karena gambaran mengenai pola perkembangan yang tepat merupakan dasar untuk memahami individu secara lebih baik. Selain itu juga perlu dipelajari tentang apa yang menyebabkan adanya variasi dalam perkembangan, sehingga pemahaman terhadap anak remaja dapat lebih bersifat personal (Hurlock, 1991).
            Adapun yang termasuk ke dalam prinsip-prinsip perkembangan adalah (Hurlock, 1990):
1. Perkembangan Mengandung Arti Perubahan
Perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif. Artinya adalah perubahan tersebut terjadi secara progresif, teratur dan koheren (maju terarah, serta ada hubungan yang nyata antara perubahan yang sedang terjadi dengan yang telah mendahului dan yang akan mengikuti) (Neugarten, dikutip Hurlock, 1991; dan Monks, dkk., 1999). Menurut Maslow (dalam Hurlock, 1991) tujuan dari perubahan adalah untuk self-actualization (aktualisasi diri), yaitu upaya untuk menjadi orang terbaik secara fisik dan mental.
2. Perkembangan Merupakan Hasil Proses Kematangan & Belajar
Yang dimaksud kematangan adalah karakteristik yang secara potensial telah "dibawa" individu yang bersangkutan, misalnya: kecerdasan, bakat, minat, dsb. (M"nks, dkk, 1999).
            Adapun arti belajar dalam konteks ini adalah perkem-bangan yang berasal dari adanya latihan dan usaha. Melalui belajar anak memperoleh kesempatan untuk menggali kemampuan (potensi) yang telah dimiliki, agar dapat teraktualisasikan secara optimal (Mussen, et.al, 1989).
3. Pola Perkembangan Mempunyai Karakteristik Tertentu
            Dari penelitian-penelitian di bidang psikologi perkembangan terbukti ada beberapa karakteristik tertentu yang da-pat diramalkan. Semua anak akan mengikuti pola perkembangan yang sama dari satu tahap menuju tahap berikutnya, misalnya: bayi baru dapat berjalan apabila sebelumnya sudah mampu duduk dan berdiri. Begitu juga pada anak puber, mereka akan mulai tertarik pada lawan jenis sesudah mengalami kematangan seksual.
4. Terdapat Individual Differences Dalam Perkembangan
            Meskipun pola perkembangan akan berlangsung  sama bagi semua individu, namun setiap anak akan mengikuti pola dengan cara dan kecepatannya sendiri. Artinya, ada beberapa anak yang berkembang dengan lancar, bertahap, dan langkah demi langkah, dan ada pula anak-anak lain yang berkembang dengan kecepatan lebih tinggi atau lebih rendah. Selain itu ada anak-anak lain  yang mengalami penyimpangan dalam proses perkembangannya, sehingga tidak semua anak dapat mencapai titik perkembangan yang sama pada usia yang juga sama.
5. Bahaya-bahaya Potensial dalam Perkembangan
            Meski pun pola perkembangan bergerak secara normal, namun pada setiap fase kadang-kadang terdapat situasi yang membahayakan dan dapat mengganggu proses perkembangan yang tengah berlangsung.
            Beberapa situasi yang membahayakan ini dapat berasal dari lingkungan maupun dari dalam diri individu sendiri. Kondisi ini dapat mempengaruhi usaha-usaha penyesuaian fisik, psikologis, dan sosial yang dilakukan seorang anak. Hal ini juga dapat mengakibatkan terjadinya kemunduran perkembangan ke tahap yang lebih rendah. Bila ini terjadi, maka penyesuaian anak akan mengalami gangguan.
C. RENTANG USIA REMAJA
            Witherington (dalam Sulaeman, 1995) membagi masa remaja menjadi dua fase, yaitu masa remaja awal (puber), yang berkisar antara 12-15 tahun, dan masa remaja akhir (late adolescence), 15-18 tahun. Sedangkan Gilmer (Sulaeman, 1995) mengelompokkannya ke dalam tiga fase, yaitu:
- masa pra remaja (puber)                    : 10-13 tahun 
- masa remaja                                      : 13-17 tahun
- masa remaja akhir                             : 18-21 tahun
Pendapat lain dari Monks, dkk. (1999) menggolongkan ma-sa remaja sebagai berikut:
- masa pra-puber (anak akhir)              : 10-12 tahun
- masa puber (remaja awal)                 : 12-15 tahun
- masa remaja                                      : 15-18 tahun
- masa remaja akhir                             : 18-21 tahun
            Adapun Hurlock (1991) memiliki pendapat yang sedikit berbeda, yaitu bahwa masa remaja awal berlangsung dari 13-16 dan masa remaja akhir berlangsung dari 16-18 tahun. Mereka yang telah memasuki usia 18 tahun ke atas (18-40 tahun) dikelompokkan sebagai masa dewasa dini.
            Dari beberapa pendapat di atas dan melihat fakta yang ada di masyarakat Indonesia, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa masa remaja berlangsung pada usia sekitar 12-21 tahun.
 
http://solehamini.blogspot.com/2013/06/memahami-dinamika-psikologi-remaja-drs.html

Minggu, 06 April 2014

4 Faktor mempengaruhi Psikologi Remaja

4 Faktor mempengaruhi Psikologi Remaja

Perkelahian, atau yang sering disebut tawuran, sering terjadi di antara pelajar. Bahkan bukan “hanya” antar pelajar SMU, tapi juga sudah melanda sampai ke kampus-kampus. Ada yang mengatakan bahwa berkelahi adalah hal yang wajar pada remaja.
Psikologi Remaja

Di kota-kota besar, tawuran ini sering terjadi, Data di Jakarta misalnya (Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di tiga tempat sekaligus.

Jelas bahwa perkelahian pelajar ini merugikan banyak pihak. Paling tidak ada empat kategori dampak negatif dari perkelahian pelajar. Pertama, pelajar (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas. Kedua, rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta fasilitas pribadi seperti kaca toko dan kendaraan. Ketiga, terganggunya proses belajar di sekolah. Terakhir, mungkin adalah yang paling dikhawatirkan para pendidik, adalah berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para pelajar itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Akibat yang terakhir ini jelas memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap kelangsungan hidup bermasyarakat di Indonesia.

Pandangan umum terhadap penyebab perkelahian pelajar.


pelajar yang berkelahi berasal dari sekolah kejuruan, berasal dari keluarga dengan ekonomi yang lemah. Data di Jakarta tidak mendukung hal ini. Dari 275 sekolah yang sering terlibat perkelahian, 77 di antaranya adalah sekolah menengah umum. Begitu juga dari tingkat ekonominya, yang menunjukkan ada sebagian pelajar yang sering berkelahi berasal dari keluarga mampu secara ekonomi. Tuduhan lain juga sering dialamatkan ke sekolah yang dirasa kurang memberikan pendidikan agama dan moral yang baik. Begitu juga pada keluarga yang dikatakan kurang harmonis dan sering tidak berada di rumah.

Padahal penyebab perkelahian pelajar tidaklah sesederhana itu. Terutama di kota besar, masalahnya sedemikian kompleks, meliputi faktor sosiologis, budaya, psikologis, juga kebijakan pendidikan dalam arti luas (kurikulum yang padat misalnya), serta kebijakan publik lainnya seperti angkutan umum dan tata kota.

Secara psikologis,

perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik. Pada delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat. Sedangkan pada delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, mereka bangga kalau dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya.


http://asrarudin91.blogspot.com/2013/07/4-faktor-mempengaruhi-psikologi-remaja.html

ciri-ciri psikologis remaja.

Ciri-ciri atau Karakteristik Psikologi Remaja

a. Perkembangan Fisik Psikologi Remaja
Fase remaja adalah periode kehidupan manusia yang sangat strategis, penting dan berdampak luas bagi perkembangan berikutnya. Pada remaja awal, pertumbuhan fisiknya sangat pesat tetapi tidak proporsional, misalnya pada hidung, tangan, dan kaki. Pada remaja akhir,proporsi tubuhmencapai ukuran tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya (Syamsu Yusuf :2005). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini, perkembangan terpenting adalah aspek seksualitas ini dapat dipilah menjadi dua bagian, yakni :
1) Ciri-ciri Seks Primer
Perkembangan psikologi remaja pria mengalami pertumbuhan pesat pada organ testis, pembuluh yang memproduksi sperma dan kelenjar prostat. Kematangan organ-organ seksualitas ini memungkinkan remaja pria, sekitar usia 14 – 15 tahun, mengalami “mimpi basah”, keluar sperma. Pada remaja wanita, terjadi pertumbuhan cepat pada organ rahim dan ovarium yang memproduksi ovum (sel telur) dan hormon untuk kehamilan. Akibatnya terjadilah siklus “menarche” (menstruasi pertama). Siklus awal menstruasi sering diiringi dengan sakit kepala, sakit pinggang, kelelahan, depresi, dan mudah tersinggung. Psikologi remaja
2) Ciri-ciri Seks Sekunder
Perkembangan psikologi remaja pada seksualitas sekunder adalah pertumbuhan yang melengkapi kematangan individu sehingga tampak sebagai lelaki atau perempuan. Remaja pria mengalami pertumbuhan bulu-bulu pada kumis, jambang, janggut, tangan, kaki, ketiak, dan kelaminnya. Pada pria telah tumbuh jakun dan suara remaja pria berubah menjadi parau dan rendah. Kulit berubah menjadi kasar. Pada remaja wanita juga mengalami pertumbuhan bulu-bulu secara lebih terbatas, yakni pada ketiak dan kelamin. Pertumbuhan juga terjadi pada kelenjar yang bakal memproduksi air susu di buah dada, serta pertumbuhan pada pinggul sehingga menjadi wanita dewasa secara proporsional.
b. Perkembangan Kognitif Psikologi Remaja
Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12–20 thn secara fungsional, perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja dapat digambarkan sebagai berikut
a. Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak
b. Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi, membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah
c. Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit dengan yang abstrak
d. Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis
e. Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya psikologi remaja
f. Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi
g. Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, dan identitas (jati diri)

c. Perkembangan Emosi Psikologi Remaja

Remaja mengalami puncak emosionalitasnya, perkembangan emosi tingkat tinggi. Perkembangan emosi remaja awal menunjukkan sifat sensitif, reaktif yang kuat, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung, marah, sedih, dan murung). Sedangkan remaja akhir sudah mulai mampu mengendalikannya. Remaja yangberkembang di lingkungan yang kurang kondusif, kematangan emosionalnyaterhambat. Sehingga sering mengalami akibat negatif berupa tingkah laku “salah suai”, misalnya : psikologi remaja
1) Agresif : melawan, keras kepala, berkelahi, suka menggangu dan lain-lainnya
2) Lari dari kenyataan (regresif) : suka melamun, pendiam, senang menyendiri, mengkonsumsi obat penenang, minuman keras, atau obat terlarang
Sedangkan remaja yang tinggal di lingkungan yang kondusif dan harmonis dapat membantu kematangan emosi remaja menjadi :
1) Adekuasi (ketepatan) emosi : cinta, kasih sayang, simpati, altruis (senang menolong), respek (sikap hormat dan menghormati orang lain), ramah, dan lain-lainnya
2) Mengendalikan emosi : tidak mudah tersinggung, tidak agresif, wajar, optimistik, tidak meledak-ledak, menghadapi kegagalan secara sehat dan bijak
d. Pekembangan Moral Psikologi Remaja
Remaja sudah mampu berperilaku yang tidak hanya mengejar kepuasan fisik saja, tetapi meningkat pada tatanan psikologis (rasa diterima, dihargai, dan penilaian positif dari orang lain). psikologi remaja
e. Perkembangan Sosial Psikologi Remaja
Remaja telah mengalami perkembangan kemampuan untuk memahami orang lain (social cognition) dan menjalin persahabatan. Remaja memilih teman yang memiliki sifat dan kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, misalnya sama hobi, minat, sikap, nilai-nilai, dan kepribadiannya.
Perkembangan sikap yang cukup rawan pada remaja adalah sikap comformity yaitu kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti bagaimana teman sebayanya berbuat. Misalnya dalam hal pendapat, pikiran, nilai-nilai, gaya hidup, kebiasaan, kegemaran, keinginan, dan lain-lainnya.
f. Perkembangan Kepribadian Psikologi Remaja
Psikologi remaja. Isu sentral pada remaja adalah masa berkembangnya identitas diri (jati diri) yang bakal menjadi dasar bagi masa dewasa. Remaja mulai sibuk dan heboh dengan problem “siapa saya?” (Who am I ?). Terkait dengan hal tersebut remaja juga risau mencari idola-idola dalam hidupnya yang dijadikan tokoh panutan dan kebanggaan. Faktor-faktor penting dalam perkembangan integritas pribadi remaja (psikologi remaja) adalah :
1) Pertumbuhan fisik semakin dewasa, membawa konsekuensi untuk berperilaku dewasa pula
2) Kematangan seksual berimplikasi kepada dorongan dan emosi-emosi baru
3) Munculnya kesadaran terhadap diri dan mengevaluasi kembali obsesi dan cita-citanya
4) Kebutuhan interaksi dan persahabatan lebih luas dengan teman sejenis dan lawan jenis
5) Munculnya konflik-konflik sebagai akibat masa transisi dari masa anak menuju dewasa. Remaja akhir sudah mulai dapat memahami, mengarahkan, mengembangkan, dan memelihara identitas diri
Tindakan antisipasi remaja akhir adalah:
1) Berusaha bersikap hati-hati dalam berperilaku dan menyikapi kelebihan dirinya
2) Mengkaji tujuan dan keputusan untuk menjadi model manusia yang diidamkan
3) Memperhatikan etika masyarakat, kehendak orang tua, dan sikap teman-temannya
4) Mengembangkan sikap-sikap pribadinya
g. Perkembangan Kesadaran Beragama
Iman dan hati adalah penentu perilaku dan perbuatan seseorang. Bagaimana perkembangan spiritual ini terjadi pada psikologi remaja? Sesuai dengan perkembangannya kemampuan kritis psikologi remaja hingga menyoroti nilai-nilai agama dengan cermat. Mereka mulai membawa nilai-nilai agama ke dalam kalbu dan kehidupannya. Tetapi mereka juga mengamati secara kritis kepincangan-kepincangan di masyarakat yang gaya hidupnya kurang memedulikan nilai agama, bersifat munafik, tidak jujur, dan perilaku amoral lainnya. Di sinilah idealisme keimanan dan spiritual remaja mengalami benturan-benturan dan ujian.

http://belajarpsikologi.com/perkembangan-psikologis-remaja/